Saturday, March 19, 2022

I've Lost Her Forever

Hari ini tepat 2 (dua) minggu yang lalu Ibu (yang biasa kami sebut Nyai karena penggilan untuk anak-anak) berpulang untuk selamanya, menyusul Papa yang lebih dahulu kembali kepadaNya enam (6) tahun yang lalu. Sesak dada ini rasanya kalo inget gak akan ada lagi yang akan menyambut kami pulang kampung, gak akan ada lagi Nyai yang setia menunggu kami dibalik jendela teras depan ketika kami kabari kalau kami akan pulang hari itu. Ahh Nyai sedihnya tak terkira karena tak dapat menemani dan mengabdi ketika hari tuamu tiba. Terlalu jauh dan sudah terlalu lama kami jauh darimu, hingga sekarang kita benar-benar telah berjauhan bahkan berbeda dimensi waktu.

Sejujurnya rasa kehilangan itu sudah muncul sejak 2 (dua) tahun belakangan ini, karena secara fisik dan mental Nyai sudah banyak mengalami degradasi. Sejak Nyai sudah gak bisa lagi bicara dengan lancar dan tidak lagi mampu mengingat dengan jelas, rasanya Nyai semakin jauh walaupun secara fisik beliau masih hadir di tengah-tengah kami. Masih terngiang dengan jelas sewaktu diceritain Kak Ican via Kak Is, ketika suatu waktu saya pulang ke Palembang karena ada urusan dinas pekerjaan, begitu pamitan hendak pulang ke Jakarta tiba-tiba Nyai bertanya sama Kak Ican "Siapa anak perempuan yang tadi barusan turun dari rumah? Kenapa dia salim dan berpamitan sama Ibu?".

Seketika air mata membanjiri tak terbendung lagi, gak ada yang lebih menyedihkan dibanding tidak lagi dikenali Ibumu selagi beliau masih terbilang sehat fisiknya namun pikirannya sudah sulit menyesuaikan.

Nyai sedihnya teramat sangat mengingat apa yang telah Nyai alami sepanjang hayat, tak pernah terbayangkan sebelumnya bahkan hingga hari akhirnya Nyai masih harus mengalami cobaan yang luar biasa. Jauh di lubuk hati ini, rasanya merasa bersalah sekali belum sempat menjadi anak yang berbakti kepadamu Ibu, belum mampu membahagiakanmu namu sudah sibuk dengan kehidupan sendiri. Juga tak terlalu sering menghubungi via telepon apalagi semenjak Papa tiada. Ahh Ibu mungkin Ibu sering kesepian ya waktu itu, anak perempuan terakhirnya malah tinggal jauh dari rumah, gak sempat mengurus Ibu dengan baik di hari tua Ibu, sungguh tak tahu berterimakasih dan tak berbakti sebagai anak. Pun disaat-saat terakhir tak juga dapat mendampingi, dan tak sempat mengantarkan Ibu ke peristirahatan terakhir.

Walau sesungguhnya penyesalan ini datang terlambat, Iin harap Ibu tau kalau Iin benar-benar sayang Ibu selamanya. Semoga Allah SWT berkenan memberi ampunan atas segala kekhilafan Ibu, dan memudahkan segala jalan Ibu menuju surgaNya. Suatu saat kita pasti bertemu Ibu.

Just My Random Thoughts

Lagi on going drakor marathon series Hi Bye, Mama! Kok nonton tiap episodenya selalu mewek yaa, sedihnya tuh kok kayak beda aja gitu tau-tau...